IMAM Ali kw., sebagaimana dikutip oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, pernah berkata, “An-Nâs niyâm[un], idzâ mâtû intabahû (Manusia itu tidur. Jika mati, dia terjaga).” (As-Suyuthi, Syarh ash-Shudûr bi Syarh al-Mawta wa al-Qubûr, hlm. 30).
Melalui pernyataannya ini, Imam Ali kw. sebetulnya ingin mengatakan, bahwa di dunia ini kebanyakan manusia tidak dalam keadaan sadar, seperti orang yang tidur atau bermimpi. Hidupnya ia habiskan untuk urusan dunia: mengejar pangkat, jabatan, kekuasaan, harta, perempuan, dan kepuasan material yang sesaat dan tidak seberapa. Tak jarang, untuk mengejar semua impiannya itu, ia tak peduli halal-haram, pahala-siksa, surga atau neraka. Pada saat yang sama, justru ia melupakan upaya untuk memperbanyak amal salih demi bekal di alam akhirat. Ia lupa, ia tak sadar, bahwa kebahagiaan hakiki dan nyata adanya di akhirat, tentu saat ia mampu meraih surga dan mereguk segala kenikmatan di dalamnya dengan amal-amal salih yang dia lakukan saat di dunia. Dia baru ‘terjaga’ saat justru ajal menjemput dirinya. Saat itu dia baru menyadari bahwa semua yang dia raih saat hidup dunia—pangkat, jabatan, kekuasaan, harta, wanita, dll—hanyalah semu; semuanya tinggal mimpi; semuanya tinggal kenangan. Saat itu dia pun menyesal. Keadaan ini persis seperti yang digambarkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw., “Tidaklah seseorang meninggal, kecuali dia pasti menyesal.” Sahabat bertanya, “Apa yang dia sesalkan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Jika dia pelaku kebaikan, dia akan menyesal, mengapa dia tidak melakukan lebih banyak lagi kebaikan. Jika dia pelaku keburukan, dia akan menyesal, mengapa dia tidak sejak awal berhenti melakukan keburukan.” (HR at-Tirmidzi).
Karena itu tentu mengherankan saat banyak manusia malah disibukkan dengan urusan keluarganya, atau oleh urusan mengejar harta dan kekayaan—yang notabene bakal ia tinggalkan atau meninggalkan dirinya—jika semua itu sampai melupakan dirinya dari melakukan amal salih yang justru akan menjadi teman setianya hingga ke berjumpa dengan Allah SWT pada Hari Akhir nanti.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaahi ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.
Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyyah Bogor)
===============================
📲 Yuk Beramal Jariyah : berbagi.link/amaljariyah
➡ Yuk Gabung Di Channel Telegram : https://t.me/pesantrendarunnahdhah
Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.