SEDEKAH RP 7 MILIAR PERTAHUN

IMAM ABDULLAH IBNU AL-MUBARAK rahimahulLah adalah salah seorang ulama besar yang lahir pada 118 H. Sebagai ulama besar, ia tak hanya luas ilmunya, tetapi juga sangat mulia akhlaknya.

Salah satu akhlak beliau yang menonjol adalah selalu berusaha menyembunyikan amal kebaikannya dari penglihatan manusia (Ibn ‘Asakir, Târîkh Dimasyqi,38/240).

Terkait itu, Muhammad bin Isa berkata, suatu hari Ibnu al-Mubarak pernah berjumpa dengan seorang pemuda. Beliau lalu menyampaikan hadis. Setelah itu beliau pergi. 

Setelah beberapa hari, Ibnu al-Mubarak hendak menjumpai pemuda itu untuk kedua kalinya. Namun, beliau sudah tidak melihat anak muda itu. Ibnu al-Mubarak bertanya perihal anak muda tersebut kepada seseorang. Orang itu berkata kepada beliau bahwa pemuda itu terlilit utang sebesar 10 ribu dirham (kira-kira Rp 700 juta). 

Lalu Ibnu al-Mubarak meminta dipertemukan dengan orang yang telah memberi pinjaman kepada pemuda tersebut. Setelah bertemu, segera Ibnu al-Mubarak membayarkan utang pemuda tersebut sebesar 10 ribu dirham kepada orang tersebut. Beliau berpesan agar orang itu tidak perlu bercerita kepada siapapun tentang hal ini selama beliau masih hidup. 

Setelah beberapa hari Ibnu al-Mubarak menemui anak muda itu dan bertanya kepada dia, “Anak muda, dari mana saja engkau? Beberapa hari ini aku tidak melihatmu?” 

Dia menjawab, “Abu Abdurrahman, saya terlilit utang hingga saya dipenjara. Namun, seseorang telah datang membayarkan utangku hingga aku bebas dari penjara. Saya tidak tahu siapa orang itu.” 

Al-Mubarak berkata, ”Alhamdulillah.”Anak muda itu baru mengetahui orang yang telah membayar utangnya setelah Ibn al-Mubarak meninggal (Ibn’ Asakir, Târikh Dimasyqi, 38/350).

Dalam kisah lain, Hasan bin ‘Arafah pernah mendengar Ibnu al-Mubarak berkata, “Aku pernah meminjam sebuah pena dari penduduk Syam. Setelah selesai, aku bermaksud pergi Syam untuk mengembalikan pena tersebut kepada pemiliknya. Namun, saat aku sampai di Marwa, tiba-tiba orang yang aku pinjam penanya itu telah berada di sampingku. Aku tidak segera memberikan pena itu hingga ia kembali ke Syam. Setelah ia kembali ke Syam, aku pun segera pergi menyusul dia ke Syam untuk untuk mengembalikan pena itu.” (Ahmad bin Ali Abu Bakr al-Khathib al-Baghdadi, Târikh Baghdâd, 10/160).

Ibnu al-Mubarak juga seorang yang wara’. Ali bin al-Hasan bin Syaqiq pernah mendengar Ibnu al-Mubarak berkata, “Sesungguhnya mengembalikan satu dirham dari sesuatu yang syubhat lebih baik bagiku daripada aku bersedekah 100 ribu sampai 600 ribu dirham.” (Ahmad bin Ali Abu Bakr al-Khathib al-Baghdadi, Târîkh Baghdâd, 10/139).

Ibnu al-Mubarak pun terkenal karena kedermawanannya. Fudhail bin Iyadh berkata, “Ibn al-Mubarak biasa berinfak kepada orang-orang fakir setiap tahun sebanyak 100.000 dirham (kira-kira Rp 7 miliar).”

Karena keagungan dan kemuliaan Ibn al-Mubarak, tidak aneh jika adz-Dzahabi pernah berkata, “Sungguh aku menyukai Ibnu al-Mubarak karena Allah SWT. Dengan mencintai dia karena Allah SWT, aku berharap Allah SWT juga memberi aku sebagian kebaikan yang telah diberikan kepada dia seperti ketakwaan, kerajinan dalam beribadah, keikhlasan, kegemaran untuk berjihad, mempunyai ilmu yang luas, kepandaian, kesederhanaan, bijak dalam memberikan fatwa dan sifat-sifat terpuji.” (Abu al-Hajaj, Tahdzîb al-Kamâl, 16/15-16).

Semoga kita bisa meneladani keagungan akhlak Imam Abdullah ibnu al-Mubarak. Amin.

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaahi ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.

Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyyah Bogor)

===============================

📲 Yuk Beramal Jariyah : berbagi.link/amaljariyah
➡ Yuk Gabung Di Channel Telegram : https://t.me/pesantrendarunnahdhah

Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *