MERAIH ILMU YANG BERMANFAAT

TENTANG ilmu yang bermanfaat, Allah SWT antara lain berfirman:

قُل هَل يَستَوِي الَّذينَ يَعلَمونَ وَالَّذينَ لا يَعلَمونَ

Katakanlah, “Samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”(QS az-Zumar [39]: 9).

شَهِدَ اللَهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلّا هُوَ وَالمَلائِكَةُ وَأُولوا العِلمَ قائِماً بِالقِسطِ

Allah bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Dia; demikian pula para malaikat dan para ahli ilmu(QS Ali Imran [3]: 18).

Di sisi lain, Allah SWT juga berbicara tentang ilmu yang tak bermanfaat bagi pemiliknya (karena tidak mereka amalkan). Allah SWT, misalnya, berfirman:

مَثَلُ الَّذينَ حُمِّلوا التَوْرَاةَ ثُمَّ لَم يَحمِلُوها كَمَثَلِ الحِمارِ يَحمِلُ أَسفارا

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka kitab Taurat tetapi mereka tidak memikul Taurat itu adalah seperti keledai yang memikul buku-buku (QS Al-Jumu’ah [62]: 5).

Karena itu Rasul saw. pun membedakan ilmu yang bermanfaat dan yang tidak. Hal ini tercermin antara lain dalam doa-doa beliau, antara lain:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَ مِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَ مِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابَ لَهَا

Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari kalbu yang tidak memiliki rasa takut (kepada Engkau), dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari doa yang tidak dikalbulkan (HR Muslim).

اَللَّهُمَّ انْفَعَنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِي عِلْماً

Ya Allah, berilah aku manfaat dengan ilmu yang telah Engkau ajarkan kepada diriku, dan ajarilah aku ilmu yang bermanfaat bagi diriku, serta tambahkanlah ilmu untuk diriku (HR at-Tirmidzi).

Di antara buah terpenting dari ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya adalah rasa takut kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّما يَخشَى اللَهَ مِن عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di kalangan hamba-hamba-Ku adalah para ulama (QS Fathir [35]: 28).

Ibn Mas’ud ra. berkata:

كَفَى بِخَشْيَةِ اللَهِ عِلْمًا وَكَفَى بِاْلاِغْتِرَارِ بِاللَهِ جَهْلًا

Cukuplah rasa takut kepada Allah itu menjadi bukti dari ilmu dan cukuplah sikap lancang kepada Allah menjadi bukti dari kebodohan.

Seorang ulama salaf juga berkata:

لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوِايَةِ وَلَكِنَ الْعِلْمَ بِكَثْرَةِ الخَشْيَةِ

Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat (riwayah), tetapi dengan banyaknya rasa takut (khashyah) kepada Allah SWT.

Ulama lain menyatakan:

مَنْ خَشِيَ اللَهَ فَهُوَ عَالِمٌ وَمَنْ عَصَاهُ فَهُوَ جَاهِلٌ

Siapa saja yang takut kepada Allah, dialah orang ‘alim. Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah, dialah orang bodoh (Ibn Rajab, Fadhl ‘Ilm as-Salaf ‘ala al-Khalaf, hlm. 10).

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaahi ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.

Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyyah Bogor)

===============================

📲 Yuk Beramal Jariyah : berbagi.link/amaljariyah
➡ Yuk Gabung Di Channel Telegram : https://t.me/pesantrendarunnahdhah

Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.