TAFAQQUH fi ad-diin (Mendalami agama Islam) jelas merupakan salah satu amalan utama dan istimewa. Banyak nas yang menjelaskan hal ini.
Abu Hurairah ra., misalnya, berkata bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
ما عُبِدَ اللهُ بشيءٍ أفضَلَ مِن فِقهٍ في دِينٍ، ولَفَقيهٌ واحِدٌ أشَدُّ على الشَّيطانِ مِن ألْفِ عابِدٍ، وكلُّ شيءٍ عِمادٌ، وعِمادُ الدِّينِ الفِقهُ
“Tidaklah Allah SWT diibadahi (disembah) dengan sesuatu yang lebih utama daripada kepahaman terhadap agama. Sungguh seorang yang paham agama (faqih) lebih berat dihadapi oleh setan daripada seribu orang yang rajin ibadah. Segala sesuatu ada tiangnya. Tiang agama adalah fiqih (paham agama).” (HR al-Baihaqi dan ad-Dariquthni).
Abu Hurairah ra., sebagai penutur hadis ini, lalu berkomentar:
لَأَنْ أجلِسَ ساعةً، فأتَفَقَّهَ أحَبُّ إليَّ مِن أنْ أُحْيِيَ لَيلةً القدر
“Sungguh aku duduk di majelis ilmu satu jam dan aku paham lebih aku sukai daripada menghidupkan Lailatul Qadar.” (Al-Mundziri, At-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/58).
Masya Allah. Abu Hurairah ra. adalah salah seorang Sahabat Nabi saw. yang istimewa. Salah seorang Sahabat yang paling banyak meriwayatkan Hadis Nabi saw. Juga salah seorang murid terbaik Nabi saw. Karena itu tentu apa yang beliau katakan mencerminkan pemahamannya yang mendalam tentang keutamaan mendalami ilmu agama (tafaqquh fi ad-din), sebagaimana yang diajarkan Nabi saw.
Keutamaan tafaqquh fi ad-din memang luar biasa. Terkait itu, Rasulullah saw. pun bersabda:
“Siapa saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah SWT akan memudahkan bagi dia jalan ke surga. Para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena meridhai para pencari ilmu. Seorang alim (berilmu) senantiasa dimintakan ampunan kepada Allah oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi. Bahkan dimintakan ampunan oleh ikan-ikan di dalam air. Sungguh keutamaan seorang alim (berilmu) dibandingkan dengan tukang ibadah adalah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan dengan cahaya seluruh bintang-gemintang. Para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Siapa saja yang memperoleh ilmu, dia memperoleh keuntungan yang besar.” (HR Ibnu Hibban).
Rasulullah saw. juga bersabda:
إذا جاء الموت لطالب العلم، وهو على هذه الحالة، مات وهو شهيد
“Jika datang kematian (ajal) kepada seorang pencari ilmu, sementara dia dalam keadaan mencari ilmu (hadir di majelis ilmu), maka matinya terkategori mati syahid (mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mati syahid).” (As-Suyuthi, Al-Jami’ ash-Shaghir, 1/86; Al-Munawi, Faydh al-Qadir, 6/238).
Itulah secuil keutamaan tafaqquh fii ad-diin.
Semoga kita senantiasa bisa istiqamah dalam tafaqquh fii ad-diin.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaahi ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.
Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyyah Bogor)
===============================
📲 Yuk Beramal Jariyah : berbagi.link/amaljariyah
➡ Yuk Gabung Di Channel Telegram : https://t.me/pesantrendarunnahdhah
Raihlah Pahala Jariyah dengan menyebarkan konten Dakwah ini sebagai bentuk partisipasi & dukungan anda untuk Dakwah Islam.