SAAT terkena musibah, banyak manusia bersedih, berkeluh-kesah bahkan tak jarang menderita berkepanjangan.
Berbeda dengan generasi salafush-shalih yang sering malah bersyukur–atau paling tidak selalu bersabar–saat mendapatkan musibah apapun.
Mengapa bisa begitu? Bagaimana pula agar kita bisa bersikap seperti mereka?
Nasihat Syaikh Muhammad al-Mutawalli asy-Sya’rawi barangkali bisa kita amalkan. Kata beliau:
إذا أصابك شىء فلا تنظر إلى ما أخذ منك ولكن أنظر إلى ما بقي لك
“Jika suatu musibah menimpa diri Anda maka janganlah Anda fokus pada apa yang telah Allah SWT ambil dari diri Anda, tetapi fokuslah pada apa yang masih ada pada diri Anda.” (Asy-Sya’rawi, https://twitter.com/wazkerr/status/1570182329280126976?t=VmkF5-rUWtyFUqOK2xa18A&s=08)
Karena itu saat kita kehilangan harta, misalnya, fokuslah pada harta lain yang mungkin masih kita miliki. Jika memang yang hilang itu adalah harta kita yang paling berharga dan satu-satunya, fokuslah pada karunia atau nikmat Allah SWT yang lain yang jauh lebih berharga. Di antaranya nikmat iman dan Islam; nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat memiliki keluarga, dll.
Semoga kita tetap bisa bersabar, bahkan bisa tetap bersyukur, saat Allah SWT mengambil apapun dari diri kita. Yang penting Allah SWT tidak mencabut dari kita nikmat terbesar dalam hidup ini, yakni nikmat iman dan Islam, hingga kita menghadap Allah SWT dalam keadaan husnul khaatimah. Aamiin.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaahi ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.
Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyyah Bogor)